menjadi matahari?
aku bulan, tentu aku tak bisa.
menjadi matahari?
aku bulan, tentu aku tak bisa.
Tak perlu rangkai kata jadi puisi untuk gambarkan kita.
Karna, kitalah sang puisi, kekasihku.
batasnya tipis;
antara membagi pengetahuan
dan
menyombongkan apa yang diketahui.
angkuh:
adalah sayap yang mengangkat tinggi mengangkasa,
namun sebenarnya, dia maya.
malam tak perlu menunggu pagi agar datang; karna pasti akan.
begitu pula kepedihan,
tak perlu menunggu kegembiraan agar datang; karna pasti akan.
sehabis hujan sederas apapun;angin kencang menumbangkan pohon, air mengikis tanah, petir menyambar,
pelangi pasti akan muncul, tanaman akan kembali tersenyum segar, dan matahari memanasi setengah isi bumi.
😦 : hari ini hari yang berat.
🙂 : jikalau itu benar, pastinya kau sudah jauh lebih kuat saat ini.
Betapa senangnya saat mendengar suara ibu berkata,”Selamat ya dek.”
dia akan mencoba mengubah arah hidupmu
dan membuatmu ingin melakukan sesuatu!
~ komentar tentang buku City of joy
di atas kayu nisan
huruf-huruf merangkaikan namamu.
namamu, kadang perlahan, kadang cepat
membukakan pintu kenangan di pikiranku.
pikiranku, kadang perlahan, kadang cepat
memancing seluruh muatan dari hatiku;
senang kala kita tertawa,
takut kala kita hampir terperosok lubang,
marah saat rencana tak jadi nyata,
atau sedih saat diterpa kegagalan.
kesemuanya,
membuat ikatanku denganmu makin erat.
namun,
di sela timbunan tanah yang semakin menebal, di peraduan terakhirmu,
kulihat langit saat kutengok jauh ke arah lain.
sebentuk awan menggantung di cerah dan panasnya siang itu.
bentukannya tak biasa: 2 bongkah yang menyatu.
dan, kuartikan sebagai:
kamu sedang melambaikan tangan ke arah sini.
ah,
kamu saja sudah ucapkan selamat tinggal,
tak perlulah aku dan kami semua
mengikatmu dalam segala kenangan,
dalam hati dan pikiran.
yang perlu, kuikhlaskan saja kamu.
~ teman, mari relakan Nomi
aku memang tak tahu
kamu dimana saat ini.
tapi, setidaknya,
kuyakin kamu di Tangan Yang Tepat.
kudekap dia, erat.
pelan, pelan, ku melepas pelukan.
Aku sayang dirimu, katanya.
Aku tersenyum,
dan kulihat ibu pun tersenyum balik.
oh, maafkan dia,
yang menghancurkan hati
dan
melelehkan air mata seorang ibu.
Penulis muda memaknai keberagaman
bisa ditemukan di Blog Agenda18
HARGAI KARYA ORANG LAIN.
Tidak enak rasanya, jika karya kita diambil orang lain tanpa izin
Baca Selengkapnya
Bosan dengan tulisan Saya ini? Silakan baca cerita-cerita lain di ceritasaja
komentar terbaru